Sabtu, 20 Juni 2009

PRJ 2009: Panggung Humaniora Jakarta



Pekan Raya Jakarta (PRJ) atau disebut pula Jakarta Fair merupakan acara pameran tahunan terbesar yang diadakan di Indonesia. Acara ini sendiri berlangsung hampir sebulan lamanya dengan berlokasi di Kemayoran. Meskipun sudah berlangsung sejak tahun 1968 dan diadakan rutin tiap tahunnya, PRJ masih terus menyedot animo puluhan ribu pengunjung tiap harinya, termasuk saya yang berkesempatan mampir melongok ke PRJ pada hari Jumat tanggal 19 Juni kemarin :-)

Ongkos parkir untuk mobil boleh dibilang cukup murah untuk ukuran Jakarta, Rp 10.000 selama seharian penuh. Sementara untuk membayar admission ticket, 1 orang dewasa dikenai Rp 20.000. Saya sengaja datang ke PRJ sebelum sore hari dengan pertimbangan suasana disana belum crowded, sehingga untuk parkir pun tidak akan susah. Pertama memasuki, masih belum terasa gregetnya, karena para pengunjung diharuskan memasuki sebuah area tertutup yang menyajikan dagangan-dagangan yang kurang menarik bagi saya, seperti obat krim oles wajah, minyak wangi, raket listrik, dan sebagainya. Tetapi saat sudah benar-benar memasuki area PRJ, woow! Ramai sekali suasana di dalamnya. Banyak sekali orang-orang (terutama anak muda) yang berlalu-lalang dan stan-stan menarik terpajang di kanan-kiri.

Saya menyempatkan diri untuk berkeliling, dari stan handphone, komputer, otomotif, makanan-minuman, hingga ke pakaian (malah ada display sebuah mal baru di Surabaya yang berlogo angka 8). Banyak sekali para SPG berpenampilan menarik yang menawarkan dagangannya di pinggir stan, dan sebagian besar dari mereka sangat agresif sekali merayu calon-calon konsumen ;-) Kalau saya amati, dari segi kostum, SPG Djarum yang paling "berani", dengan mengenakan sporty tanktop, celana pendek ketat, dan sepatu boot. Tetapi yang rata-rata berwajah menarik, justru kebanyakan para SPG handphone dan provider.

Yang paling unik justru ada di kalangan pengunjung, entah bagaimana saya melihat sendiri ada seorang pria yang jelas terlihat bule dengan seorang remaja cowok yang juga bule (mungkin anaknya), melenggang santai di PRJ. Si anak cowok tersebut mengenakan kostum Liverpool, nah kostum ayahnya ini yang kontroversial, sebuah seragam satpam! Jadi bayangkan saja seorang bule berusia 50 tahunan dengan perut buncit berpakaian satpam lengkap dengan topinya! Entah dari mana ia mendapat seragam satpam itu, dan saya berusaha mencari-cari alasan logis motivasi si bapak bule ini berpenampilan seperti itu di PRJ :-) Mereka berdua sempat melintasi beberapa anggota polisi yang sedang istirahat. Spontan para polisi tersebut juga terbengong-bengong dan tersenyum bingung. Bule "satpam" itu hanya menanggapi santai tatapan aneh para polisi dengan mengacungkan tanda jempol ke atas lalu mengucapkan beberapa kata yang tidak bisa saya dengar. Hmm... Kalau saya menjadi salah satu anggota polisi tersebut, mungkin saya akan menghentikan dan mulai menginterogasi mereka berdua. Saya rasa seorang aparat keamanan berhak melakukan itu pada orang-orang yang menimbulkan kecurigaan. But we all know, this is Indonesia, tentu saja para polisi itu memilih untuk diam saja sambil senyum-senyum aneh. Apa mungkin mereka takut kalau si bule ngajak ngomong bahasa Inggris, ya? :-D

Ada beberapa pakaian branded yang ikut meramaikan suasana di PRJ, yaitu Levi's, Bossini, Polo, Samuel & Kevin, Baleno, Hammer, dan Poshboy. Harga-harga yang dijual murah sekali, bayangkan saja T-shirt Baleno cuma seharga 50 ribuan saja... Tetapi jangan bersorak dulu, sebab tipikal barang-barang obralan, model yang ditawarkan terbatas dan saya menduga barang-barang tersebut memang stok lama yang tidak laku :-( Saya malah lebih tertarik membeli pakaian di stan clothing distro lokal, Threesecond. Di sini juga terjadi ajang diskon besar-besaran, bahkan ada pakaian-pakaian rejected yang cuma dijual Rp 30.000 saja! Kecacatan pakaian ini bervariasi mulai dari yang kotor sampai kancing hilang. Tetapi selain itu, kondisi pakaiannya masih layak dan modelnya juga masih keren, so why not take it? :-P

Ada lagi keunikan di stan komersial PRJ ini, yaitu stan obat pria dewasa yang diberi merek "Sparta X". Menjadi unik karena brand equity yang ditawarkan sungguh-sungguh meniru habis film 300 (Leonidas). Bahkan ada SPB yang berdandan bak prajurit Sparta, lengkap dengan topi, tameng, tombak, dan jubah merahnya :-) Di tengah-tengah lapangan, didirikan sebuah panggung raksasa yang sepertinya akan makin gemerlap di malam hari. Kerispatih sedang menyanyikan beberapa lagu, tetapi saya sedang tidak berselera menikmati musik mereka, sehingga saya lebih memilih menelusuri stan-stan yang lain.

Tidak hanya pameran bisnis komersial saja, PRJ juga diramaikan dengan pameran-pameran perwakilan dari pemerintah daerah beragam provinsi. Jadi kita bisa melihat banyak batik dan kerajinan-kerajinan tangan lainnya dari Yogyakarta, Cirebon, Pekalongan (my hometown!), Tegal, Semarang, Nusa Tenggara Timur, dsb. Tentu khusus Pemda DKI Jakarta sebagai host, mendapat prioritas sendiri di satu hall terpisah. Di sini saya melihat Pemda DKI mencoba memamerkan visi dan misi Jakarta sebagai "kota besar kelas dunia". Saya juga melihat ada stan-stan perwakilan dari Depnaker, Depkominfo, dan BUMN (PLN, BRI, BNI). Yang paling keren dan berkesan di sini bagi saya, adalah booth mengenai MRT!

Mass Rapid Transit (MRT) merupakan sarana transportasi massal yang sudah lazim di kota-kota besar di luar negeri. Bentuk dan cara kerjanya sebenarnya sama dengan kereta api konvensional namun beroperasi di bawah tanah (subway train). Beberapa pengamat mengatakan bahwa keberadaan MRT akan berpengaruh besar untuk mengurangi penggunaan kendaraan pribadi yang semakin menambah macet Jakarta. Japan International Cooperation Agency memprediksi bila tidak ada upaya untuk mengurangi kemacetan yang ada, maka pada tahun 2014 mendatang Jakarta akan macet total alias tidak bisa bergerak sama sekali! Bayangkan saja laju pertumbuhan kendaraan (mobil & motor) mencapai 11% sementara laju penambahan jalan nyaris kurang dari 1% per tahun...

Mempertimbangkan semua itu, Pemda DKI Jakarta bertekad untuk membangun MRT sebagai salah satu solusi mengurangi kemacetan ibukota. Nah, di PRJ sinilah, visi masa depan tersebut divisualisasikan dan disosialisasikan dengan baik. Mereka membangun booth khusus yang didesain mirip dengan suasana stasiun MRT sesungguhnya! Ada prototype kereta MRT yang bisa kita naiki, duduki, lengkap dengan dua monitor TV di dalamnya. Bahkan ada neon signboard yang menunjukkan rute-rute MRT mulai dari Lebak Bulus sampai Dukuh Atas. Saya merasa seperti berada di Jakarta versi futuristik. Jadi kalau foto-foto di booth ini serasa di luar negeri, deh :-) Seakan melengkapi, ada pula dua SPG berpenampilan menarik yang tersenyum ramah menyambut para pengunjung (saya jadi membayangkan andai bila kelak MRT jadi terwujud, akan ada petugas-petugas perempuan seperti ini yang siap membantu penumpang).

Ekspektasi tinggi patut dilayangkan dengan visi-visi MRT di atas. Namun kita semua harus menyadari bahwa pembangunan MRT akan memakan biaya dan lahan yang sangat besar. Tidak hanya itu, pemeliharaannya pun saya kira juga tidak akan mudah. Saya jadi takut membayangkan bahwa visi-visi yang indah di atas tidak akan terwujud bila sudah berada di lapangan. Bayangkan saja, mempunyai sebuah subway train, berarti Pemda DKI harus membangun terowongan berkilo-kilometer. Bisakah itu dilakukan mengingat untuk membangun tiang-tiang monorel saja sampai sekarang masih terbengkalai? Kalau terowongan sepanjang itu terbengkalai, saya rasa akan menjadi wisma-wisma baru gelandangan seluruh Jakarta. Andaipun sudah terbangun MRT dengan megah, bisakah kita mengurusnya dengan baik, sementara mengurus busway, kopaja, dan angkot, saja sudah amburadul? Sudah tinggikah kesadaran masyarakat untuk ikut menjaga dan memelihara MRT yang canggih dan mahal ini, menilik berita bahwa Jembatan Suramadu (Surabaya-Madura) yang baru dibangun seminggu saja sudah dicuri beberapa mur dan lampu penerangannya?

Satu lagi, Pemda DKI Jakarta harus memahami pula consumer insight mengapa mereka enggan menggunakan sarana transportasi umum. Saya pribadi akan tetap menggunakan kendaraan pribadi walaupun MRT/monorel yang nyaman dan aman kelak terwujud. Mengapa? Sebab sistem transportasi yang tidak terintergrasi secara menyeluruh bagi saya akan terasa mubazir. Saya malas sekali membayangkan kalau untuk mencapai stasiun MRT/monorel, saya harus berjibaku, berdesak-desakan mandi sauna menaiki angkot-angkot lusuh yang doyan ngetem sembarangan tersebut, HELL NO!!! Jangan pula kelak seperti busway yang makin lama juga makin tidak jelas dengan jadwal kedatangan yang molor, penumpukan penumpang di halte, dan sebagainya... Karena itu saya berharap sistem transportasi MRT/monorel ini kelak terintegrasi dengan sistem lainnya, seperti busway, kereta api, KRL, atau transportasi lainnya yang aman dan nyaman (tidak seperti angkot-angkot jahanam tersebut).

Overall, PRJ sangat worthy untuk dikunjungi dan sangat layak dijadikan ajang promosi wisata tahunan kepada wisatawan lokal maupun mancanegara. Bagi para wiraswasta/produsen pun, saya kira PRJ merupakan sarana yang tepat untuk mempromosikan produknya kepada calon konsumen. Buat masyarakat umum, tentu PRJ merupakan sarana hiburan alternatif selain mal. Di PRJ, mereka bisa berbelanja, jalan-jalan, menikmati musik, menambah wawasan, dan banyak lagi. Ah, jadi ingin mengintip PRJ tahun depan :-)

Satu lagi kekecewaan saat meninggalkan PRJ, eh tahu-tahu di kaca belakang mobil sudah tertempel manis stiker "LEAGUE". Keparat sekali yang menempel, sudah saya berusaha mati-matian menjaga kaca belakang mobil bersih dari stiker-stiker lancang, eh ini malah ada yang langsung nyelonong menempel dengan pengecutnya... Ugh!

12 komentar:

Anonim mengatakan...

Hello,

Ini ada artikel reviu dari blog bagus, CANTIK SELAMANYA, "Jalan-jalan ke Jakarta Fair 2009".

Alamat artikelnya: http://cantik40s.blogspot.com/2009/06/jalan-jalan-ke-jakarta-fair-2009.html

Bagus banget deh. Ada tips jalan-jalan ke Jakarta Fair lagi.

Codet mengatakan...

Seorang teman bilang ke saya: di Jakarta adalah showroom mobil sepanjang jalan, soalnya mobil-mobil tak bergerak jadinya seperti showroom.

Semoga program MIT terwujud dan berhasil.

Robert Ravenheart mengatakan...

@ Amir: Thankyou for visiting my blog. Yup, saya uda mampir ke blog yang Anda rekomendasikan tersebut. Bagus, ada tipsnya juga. Saya sendiri waktu ke PRJ ga mikir ngambil peta, makanya pas jalan-jalan asal aja, ga tau arah, hehehe...

@ Codet: Ga cuma mobil aja mas, yang berderet-deret. Itu motor kalo ngumpul semua juga persis laron yg lagi berkerumun, hehe. Btw, saya ralat ya mas, nama programnya MRT (Mass Rapid Transit) bukan MIT, hehe. Kalo MIT itu nama universitas teknik ngetop di Amerika, Massachusetts Institute of Technology :-)

Anonim mengatakan...

PRJ ga ada matinya...
paling asik jalan2 ke PRJ pas lagi banyak duit..bisa shopping2...hahaha :p

Robert Ravenheart mengatakan...

@ Renza: Betul sekali, rasanya juga pengen borong barang2 menarik di PRJ kalau banyak duit, laper mata sih, hehehe... Apalagi soal pakaian tuh, gile murah2 banget!

ahmad mengatakan...

wah harus bawa duit banyak nih....!!!!

ONiC mengatakan...

baru ngeh, udah 2 tahun belakangan nggak mampir ke PRJ pas hut jakarta hehe

Robert Ravenheart mengatakan...

@ Ahmad: Buruan dah, shopping sebelum PRJ uda bubaran, hehe...

@ Onic: Iya, asik kok PRJ tahun ini. Terutama buat gw, yg paling amaze adalah stan MRT-nya, bener2 visionerlah. Semoga aja bisa terwujud lancar secepatnya :-)

Anonim mengatakan...

http://ambigramproject.wordpress.com/2009/07/15/robert/

resti mengatakan...

Gw bingung deh, elo ke PRJ bawa buku notes ya Bert? Laporannya lengkap banget! hahaha...typical of you.
Dulu gw juga pernah ke PRJ, bahkan sempet apply jadi SPG di sono dan dipanggil, tapi terus gw tolak. hahhaa...iseng doang. Tapi gw dulu gak bisa ngeliat PRJ menariknya di mana.

Salut buat elo yang bisa ngeliat hal detil dan lucu (bule, SPG, baju second, dll) di tempat segede dan (menurut gw) semonoton PRJ. Nice perception.

Robert Ravenheart mengatakan...

Haha, that's myself, berusaha melaporkan informasi dengan sudut pandang yang berbeda, tapi tetap kompleks.

Walah2 Res, emang elo ketrima jadi SPG apaan? Hihihi... Ya mungkin elu uda beberapa kali ke PRJ makanya ngerasa bosen dan ga ada "something new" lagi di PRJ.

Kalo gw kan ini baru pengalaman pertama kesono, mungkin gw ngerasa kalo kesana utk kedua kali still ok, ketiga, ya gpplah asal ada temennya. Keempat mungkin uda males, seperti penurunan nilai ekonomis sebuah barang.

Kalo kita capek, minum air es di gelas pertama, nilainya tinggi sekali. Gelas kedua, nilainya berkurang, tapi masih ok. Gelas ketiga, nilainya makin berkurang, mendekati nol. Gelas keempat, mungkin uda minus, perut kembung, malah dibayarin suruh minum aja uda ogah, hehe.

Ghonuk mengatakan...

Update blog dong Bert, waiting for your new writing nie...