Kamis, 14 Mei 2009
Stone Age in Modern Time
Judul di atas mungkin terdengar kontradiktif dan tidak masuk akal. Apa iya di zaman modern seperti sekarang ini, kita masih bisa mendapati sebuah 'zaman batu'? Well, mari kita kembali ke beberapa bulan silam dari sekarang, tepatnya saat saya masih bekerja di sebuah kantor advertising di daerah Kemang.
Siang itu, langit terasa berawan teduh seakan menghalangi sinar matahari terik yang menghujam bumi tanpa permisi. Semua orang tampak sibuk mengerjakan pekerjaannya masing-masing di kantor, tak terkecuali saya. Mendadak, bahkan tanpa peringatan apa pun, Zzzap!... Kantor menjadi gelap-gulita, layar-layar monitor menjadi hitam membisu. Satu-satunya pencahayaan yang ada saat itu hanyalah secercah cahaya dari luar yang malu-malu masuk melalui jendela. Kejadian sepersekian detik itu langsung diikuti oleh beragam reaksi spontan dari hampir semua orang di kantor. Ada yang mengeluh panjang, ada yang mengumpat PLN karena pekerjaannya belum sempat di-save. Ada yang tertawa meledek bahkan mungkin merasa senang karena bisa istirahat sejenak dari pekerjaannya, ada yang mempertanyakan kemanakah gerangan UPS kantor, sampai ada yang dengan polosnya melontarkan pertanyaan retoris, "Eh, mati lampu ya?" :-)
Tiba-tiba seperti anak ayam yang kehilangan induk, semua orang di kantor yang tadinya serius mengerjakan pekerjaannya masing-masing kini seolah kehilangan visi. Situasinya mirip dengan chaos theory dalam skala rendah, semua orang melakukan hal-hal tanpa tujuan. Ada yang memilih ngobrol di teras sambil merokok, ada yang lebih suka ngobrol di dalam, ada yang memainkan handphone, sampai ada yang cuma menatapi langit di kejauhan. Tak sampai 10 menit, hampir semua orang di kantor memilih ke luar ruangan karena di dalam terasa gerah, maklum AC juga ikut tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Untungnya, Creative Director kami waktu itu cepat tanggap dengan segera mengumpulkan personel-personelnya untuk melakukan brainstorming di tengah padamnya listrik ;-)
Sampai hampir setengah jam kemudian, tiba-tiba listrik kembali menyala, dan seketika itu juga semua orang di kantor seperti kembali menemukan jati diri masing-masing. Tanpa dikomando, mereka semua langsung kembali ke tempat duduk dan menyalakan komputer, kembali sibuk dalam rutinitas pekerjaan. Tiba-tiba terlintas dalam benak saya, betapa kehidupan modern sangat bergantung dengan pasokan listrik. Bayangkan, tanpa adanya listrik, kita nyaris tidak bisa melakukan apa pun (apalagi kalau listrik padam pada waktu malam hari). Lampu, TV, komputer, internet, kulkas, AC, charger handphone, semuanya menjadi tidak berfungsi lagi. Analoginya seperti Anda mempunyai sebuah Ferrari tetapi sayangnya bensin belum ditemukan.
Teknologi yang tadinya berfungsi untuk memudahkan manusia ternyata lambat-laun malah menimbulkan ketergantungan manusia terhadap teknologi itu sendiri (reverse adaptive technology). Contoh lain, bila handphone kita low-bat dan kebetulan kita tidak membawa charger. Rasanya seperti separuh nyawa kita lenyap karena kehilangan komunikasi dengan orang lain. Andaikan modem ISP tiba-tiba macet atau jaringan internet sedang down, rasanya juga kita seolah terisolasi dengan dunia luar. Bayangkan juga bila iPod mendadak rewel atau tiba-tiba komputer kita hang, ban kendaraan kita kempis, mesin mogok, dan sebagainya.
Saya jadi berspekulasi seandainya tiba-tiba bencana hujan meteor datang menghujam Bumi atau terjadi bencana Badai Magnetik Matahari dalam skala besar, seperti di film Knowing. Peradaban modern yang kita banggakan selama ini langsung lenyap dalam hitungan jam. Semua peralatan menjadi rusak, semua bangunan artifisial runtuh, dan hanya segelintir manusia yang selamat dari bencana ini. Masihkah kita bisa bertahan hidup bahkan membangun ulang peradaban dengan segala pengetahuan yang kita miliki saat kita masih hidup tenang di zaman modern dan mengklaim diri sebagai manusia abad 21? Sekalipun kita semua rata-rata pernah bersekolah, bahkan sampai lulus kuliah, tetapi siapakah dari kita yang bisa menenun benang menjadi pakaian? Mengerti cara bercocok-tanam dan memanennya? Bisa membuat perkakas logam? Bisa menciptakan peralatan elektronik? Mampu menyalakan api dari gesekan kayu atau batu? Saya yakin jawabannya, hampir tidak ada.
Jadi saat ini, apakah manusia yang mengendalikan teknologi ataukah sebaliknya, teknologikah yang mengendalikan manusia? Saya sendiri saat ini tengah dilanda 'Facebook syndrome'. Sehari saja tidak membuka Facebook, seolah saya menjadi manusia gua yang terperosok dari dunia modern, walaupun faktanya saya masih tinggal di kota dan melakukan aktivitas seperti biasa. Seperti mungkin jutaan orang lainnya, saya mulai kehilangan realitas akibat terlalu sering menjelajahi Facebook dan berinteraksi di dalamnya.
Bahkan ada sejumlah orang yang benar-benar hidupnya telah dikontrol oleh Facebook. Ciri-cirinya adalah orang ini selalu rajin meng-update statusnya dalam hitungan menit! Misalnya, ia meng-share bahwa ia: "sedang makan siang". Semenit kemudian, statusnya berganti menjadi: "makan nasi goreng seafood, yummy!" Sepuluh menit kemudian, berubah menjadi: "Uda makan kenyaaang, skrg siap kerja lage". Lantas di-update lagi menjadi: "Abis makan, koq jadi ngantuuk, duh males kerja neeh", dan seterusnya. Jangan-jangan nanti kalau dia tersandung, statusnya juga berubah menjadi: "sedang kesandung" :-))
Tidak hanya Facebook. Banyak contoh populer lainnya, misalnya manusia-manusia 'autis' yang kemana-mana sibuk memencet-mencet BlackBerry (BB). Jadi sekarang ini bukan hal yang aneh bila kita melihat dua orang yang duduk berhadap-hadapan tetapi sama sekali membisu karena keduanya malah sibuk mengurusi BB mereka masing-masing :-) Fitur eksklusif BB yang mengizinkan pemiliknya untuk saling chatting ternyata malah menjauhkan mereka dari komunikasi sosial sesungguhnya!
Masihkah kita tinggal di zaman batu? Jangan-jangan Morpheus benar, dunia modern yang kita tinggali ini ternyata hanyalah persepsi semu dari dunia matrix ;-)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
3 komentar:
wah..saya jd bener2 merasa tersindir nie obet hehe..
Mulai dr yg handphone low-bat,iPod&komputer hang,inet lg down,ampe yg klo nga buka Facebook sehari aja rasany ud kyk manusia gua,itu rasany seperti bercermin diri sendiri hehe.. Y.Y
Secara nga sadar emg org2 jaman skrg(tua,muda,anak2) ud d kendalikan and kecanduan ama yg namany teknologi.
liat aja anak2 jmn skrg mw prg kmn aja d tanganny selalu nenteng NDS,PSP,game boy. Bahkan nga terkecuali ama c bocah fenomenal dr Jombang itu tuh,c Ponari hehe..dy aja pas lg beraksi ama the Sorcerer's Stone nya,tp y tetep aja msh asik ama Hp'ny.
Klo mslh manusia2 'autis' krn BB itu kyk ud jd makanan sehari2 buat mataku hehe..
Ampe ada yg blg klo BB itu uda bagaikan pacar ato soulmate. and itu emg bnr terbuktikan..??
Finally..two thumbs up bwt km dech Obet..!! q(^.^)p
trs kembangin talent yg ud Tuhan ksh k km ok.. ^.~
GBU
Akhirnya datang juga... komentar dari dirimu, Leon, hehe.
Memang bener sih, ironis rasanya betapa manusia sekarang sudah terlena dimanjakan teknologi sehingga malah mengalami ketergantungan kronis. Pernah tuh aku liat ada anak kecil (keliatannya masih SD), tapi uda nenteng BB!! Ini anaknya yg emang uda jenius, gadget-freak, ato ortunya yang kebanyakan duit, hehehe...
Kita liat aja sampai kapan tren BB ini berlangsung. Jadi inget waktu dulu wabah Nokia 3650, kemana2 sampe mata sakit liat semua org bawa hp sejuta ummat itu, hahaha...
hum..(__ __?)
jd berasa tersanjung nie..seakan2 ud kyk org penting yg bener2 d tunggu komentarny huekekekek.. ato jgn2 ak yg k GR and PD'an y ~_~
y selama ini ak'kan cukup mengamati,mencermati dan memantau perkembanganny dr blakang layar aja Obet hehe.. (lebai mode on)
oya..! wah kyk'ny tuh ortu'ny bingung mw buang duit kmn jd anak'ny yg msh kecil aja d ksh BB.
Em..ato bisa jd tuh ortu'ny ksh dy BB biar klo nie anak prg kmn aja bisa terlacak ama mrk kale. Itu tu yg pake GPS antar BB,yg ak prnh crita k km Obet.
nokia 3650 tuh bkn'ny yg susunan keypad'ny melinglar tuh y obet,bnr nga c??
kyk'ny ak juga salah satu dr sejuta umat yg menggunakan type hp itu dech.. >,<"
wah..kena sindir lg nie ak.. Y.Y
hehe..
Posting Komentar