Selasa, 09 November 2010

The Hit Man's Show



Yep, tell me that I have been living in a cave, dengan jujur sebelumnya saya katakan bahwa saya kurang mengenal siapakah gerangan David Foster itu. Jadi saya bahkan tidak terlalu peduli waktu teman-teman saya sibuk membicarakan rencana kedatangan konsernya di Jakarta pada tanggal 27 Oktober 2010. "I'm not a big fan of David Foster," demikian jawab saya berulang kali dalam menanggapi gairah antusiasme mereka. Saya pikir, masih mendingan bila yang datang konser adalah Coldplay, Keane, Oasis, atau bahkan Paramore atau Blink-182 Reunion concert juga pasti seru... Semuanya, asalkan bukan si David Foster ini yang jelas-jelas saya ingat tidak punya satupun karya lagunya di koleksi Mp3 iPod saya.

Namun tiba-tiba seolah terkena "karma", saat saya sudah di tengah jalan pulang dari kantor, tiba-tiba Managing Director kantor saya menelpon dan menawari untuk menonton konser David Foster di ballroom Ritz-Carlton, Pacific Place. Jelas-jelas tawaran itu saya tolak (apalagi saat itu sudah hampir jam 7 malam, sedangkan konser tersebut dijadwalkan mulai jam setengah delapan!) namun karena beliau mengatakan bahwa ada 1 tiket lebih yang mubazir bila tidak dimanfaatkan, mental gratisan dalam pikiran bawah sadar saya langsung menyeruak naik. Saya banting setir memutar balik menuju Pacific Place, dum dam dum... :-)

Untuk menghemat waktu, segera saya memakai parkir valet service. Saat tiba di depan Pacific Place, lobi sudah dipenuhi oleh kaum jetset yang terlihat jelas dari penampilan mereka, berbeda jauh dengan saya yang mengenakan T-shirt, skinny jeans, jaket kulit dan sepatu kets. Belakangan saya baru tahu bahwa harga tiket konser David Foster yang termurah saja Rp 1 juta dan yang termahal mencapai Rp 25 juta! Pantas saja orang-orang berdandan mewah untuk menghadiri konser ini...

Ruang ballroom Ritz Carlton telah disulap menjadi tempat konser yang elegan dan kursi-kursi sudah tampak terlihat penuh. Kami berenam harus duduk di barisan kursi paling belakang, untungnya disediakan dua layar besar yang terlihat jelas. Sambil menunggu sekitar 1 jam lebih, penonton berulang kali diperlihatkan iklan Surya Mild (sponsor utama) yang seolah-olah sengaja diputar untuk mencuci otak para audiens. Setelahnya layar berganti menjadi potongan video klip lagu-lagu populer yang disambung-sambung, dari sanalah saya baru menyadari bahwa hampir semua lagu yang ngetop di seluruh dunia adalah ciptaan David Foster!

Akhirnya tibalah saat yang ditunggu-tunggu, seluruh penonton serempak berdiri memberikan sambutan tepuk tangan yang sangat meriah. Terlihat seorang pria Kaukasoid paruh baya berambut perak dan berpakaian necis diterangi lampu sorot yang terang, dialah David Foster, Sang Legenda yang dielu-elukan seluruh orang pada malam itu.

David dengan ramah menyapa seluruh hadirin, dan saya tidak pernah lupa dengan sindirannya kepada para penonton yang duduk di barisan paling depan, "Hi, rich people!" Semua orang pun tertawa mendengarnya. Ya, David jelas menyindir orang-orang tajir yang rela membayar Rp 25 juta di untuk duduk di barisan kursi paling depan. Setelah berbasa-basi sejenak, kemudian ia memperkenalkan 4 pria yang tergabung di dalam The Canadian Tenors sebagai artis pembuka. Mereka menyanyikan lagu, Hallelujah dan The Prayer (aslinya dibawakan oleh Andrea Bocelli dan Celine Dion). Sambutan penonton cukup baik tetapi masih belum heboh.

Berikutnya, David memperkenalkan seorang penyanyi wanita yang sangat kental dengan musik jazz, Natalie Cole. Ya, menyimak namanya, ia memang puteri kandung dari penyanyi legendaris, Nat King Cole. Salah satu aksi panggungnya yang membuat saya bergidik merinding adalah saat ia membawakan lagu L.O.V.E dibarengi dengan video dan suara ayahnya di layar. Seakan-akan saya sedang menyaksikan kembali kebangkitan Nat King Cole menyanyi berduet dengan puterinya.

Artis ketiga yang mendampingi konser David setelahnya adalah Ruben Studdard. Bagi para penggemar American Idol, ia bukanlah sosok yang asing sebab Ruben adalah juara pertama American Idol di tahun 2003, mengalahkan Clay Aiken. Tubuhnya yang tambun dan suaranya yang sangat blues memang identik sekali dengan tipikal penyanyi-penyanyi kulit hitam pada umumnya. Namun yang membuat saya berkesan disini adalah David sempat mengajak penonton ikut berinteraksi dengan memikirkan sebuah kalimat yang akan dijadikan permainan dimana kalimat tersebut akan menjadi judul lagu yang harus dinyanyikan Ruben secara spontan. Bisa dibayangkan betapa serunya saat itu!

Salah seorang penonton konser menunjuk tangan dan berkata, "Who ate my fish!" David menyetujui dan ia lantas meminta Ruben menyanyikan lagu dengan judul tersebut secara spontan. Namun Ruben menunjukkan bakatnya, ia benar-benar bisa menyanyikan sebuah lagu secara spontan dengan nada yang memukau, diiringi denting piano David. Penonton pun sontak tertawa dan untuk pertama kalinya melakukan standing ovation.

Usai Ruben undur diri, David memperkenalkan artis berikutnya, Peter Cetera, yang di masa silam pernah bergabung ke dalam band legendaris, Chicago. Dengan pakaian sangat necis yang rasanya lebih cocok tampil sebagai penyanyi opera, Peter membawakan lagu-lagu hits seperti, "You're the Inspiration" dan "If You Leave Me Now". Seluruh hadirin pun turut larut menyanyi bersama-sama.

Setelah para penonton bertepuk tangan mengiringi Peter yang undur diri dari atas panggung, David berdiri dari pianonya dan bercerita bahwa ia percaya bahwa Asia dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang mengagumkan dibarengi jumlah penduduk yang besar adalah masa depan dunia. Untuk itu, ia berharap bukan tidak mungkin kelak superstar kelas dunia berasal dari Asia dan mungkin salah satunya adalah artis yang ia bawa sebagai pemuncak acara, Charice!

Saya masih ingat, reaksi banyak penonton saat itu menunjukkan tipikal khas orang Indonesia, kurang apresiatif apalagi terhadap sesama orang Asia di tengah pertunjukan konser penyanyi bule. Charice berjalan di atas panggung dengan rambut panjang bergelombang yang disemir kecoklatan eksotis, mata sipit dan tubuh mungil, namun penuh aura kepercayaan diri yang meluap-luap.

Charice berbasa-basi sejenak, menceritakan bahwa ia berasal dari Filipina dan dulu sudah puluhan kali mengikuti kontes bakat menyanyi sejak kecil sebelum akhirnya ditemukan oleh David Foster. Ia lantas mengungkapkan bahwa ini adalah kesempatan kedua kalinya ia mengunjungi Jakarta. Sebelumnya ia mengaku pernah diundang menyanyi di acara ulang tahun pribadi seseorang (wow, siapakah gerangan orang yang tajir tersebut??).

Kemudian Charice membuktikan bahwa ia memang layak diikutsertakan menjadi salah satu artis yang mendampingi konser David Foster, bahkan layak ditempatkan di momen paling akhir sebagai artis pengisi puncak acara. Dengan suara yang luar biasa memukau, dibarengi power yang menggetarkan udara, Charice dengan lihai menyanyikan lagu-lagu hits dari Celine Dion dan Whitney Houston. Sontak para penonton yang tadinya agak meremehkan kini berbalik takjub dan tanpa dikomando seluruh hadirin memberikan standing ovation yang membahana, tidak hanya sekali-dua kali saja, namun berkali-kali! Jelas diperlukan suara yang sangat luar biasa untuk mampu menghipnotis penonton dari Indonesia berlaku seperti itu...

Mendekati penghujung acara, David mengundang semua penyanyi dan mereka semua berada di atas panggung, menyanyikan lagu Earth Song (dinyanyikan aslinya oleh Michael Jackson) bersama-sama, hingga akhirnya pamit undur diri dari hadapan penonton. Lampu ruangan dinyalakan namun mayoritas penonton masih tidak beranjak dari kursinya dan berteriak meminta encore, "We want more! We want more!". Beberapa menit kemudian, tiba-tiba David kembali muncul dari balik tirai dan duduk di bangku pianonya, spontan para penonton kembali berteriak histeris. Lampu kembali dimatikan dan ia memainkan sebuah melodi lagu selama kurang lebih sepuluh menit. Setelah itu, ia mengangkat tangannya, membungkuk mengucapkan terima kasih dan menghilang dari atas panggung. Lampu telah dinyalakan dan tampaknya sekarang konser telah benar-benar usai...

Sepulang dari Pacific Place, saya jelas-jelas tidak menyesal telah menghadiri konser David Foster walaupun sempat menggerutu di awal. Saya jadi mengerti mengapa David dengan sangat berani mengklaim dirinya sebagai "The Hit Man" mengingat semua karya-karyanya yang sudah langganan di Top Chart lagu-lagu dunia. Namun terlepas dari semua kebesaran yang ditorehkan David Foster, malam itu Charice-lah yang membuat saya sangat-sangat terkesan :-))

3 komentar:

Ghonuk mengatakan...

Menurut gw sih wajar loh kalo elo ga tau David Foster, soalnya selera musik loe kan beda. Kalo gw yang seleranya musik ngepop, kalo sampe ga tau David Foster, namanya keterlaluan banget! Hehehhehh...

dan emang bener banget, orang indonesia suka underestimate bangsa sendiri dan bangsa asia lainnya kalo dibandinginnya sama orang bule.

kan mental terjajah Bert...belum ilang-ilang.

Ghonuk mengatakan...

o iya, ghonuk itu gw: resti, gw ga inget pernah ganti nama gw jadi ghonuk...aneh banget

Robert Ravenheart mengatakan...

Hahahahaha! Nama yg aneh, Ghonuk!!

Apa ada kaitan genetik dengan Gollum? Hihihihi...

Yup, emang gw kuper, ga tau David Foster, padahal malah sering dengerin karya-karya lagu ciptaannya... (-_-')